Pages

ANALISIS FILM THE AVIATOR

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
            Kita semua memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa dari kita lebih memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih social. Beberapa dari kita tipe pengikut, yang lain pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal terhadap penolakan dari orang lain, sementara yang lain menghindari insiatif social karena takut dikecewakan. Saat pola perilaku menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptive sehingga dapat menyebabkan distress personal yang signifikan atau mengganggu fungsi social dan pekerjaan, maka pola perilaku tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.
            Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinan oarng lain untuk memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambilnya.
            Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.
            Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kepribadian cemas atau takut yang ditandai oleh pola terjebak dengan keteraturan yang sangat kuat, perfeksionisme, dan kontrol mental serta interpersonal dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi. Obsesif kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.
            Obsesi  adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan intrusive dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu. Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga.
            The Aviator merupakan sebuah film drama yang berbentuk biografi. Film ini mengangkat kisah perjalanan hidup seorang Howard Hughes yang terkenal sebagai pelopor dan perintis penerbangan dunia. Film yang disutradarai oleh Martin Scorsese dan dibintangi oleh Leonardo DiCaprio ini, mengambil tema tentang kehidupan Howard Hughes dari tahun 1920an sampai 1947.
            Saat tersebut adalah saat-saat perjuangan Howard Hughes mencapai kesuksesan sebagai produser film dan tokoh terkemuka di bidang penerbangan, serta ketidak berdayaannya menghadapi kenyataan bahwa ia menderita kelainan, yang kemudian dikenal sebagai obsessive-compulsive disorder. Oleh karena sebab diatas, penulis merasa tertarik dan memutuskan untuk menganalisis tentang obsessive-compulsive disorder.

B.       Rumusan Masalah
      Dalam membuat sebuah makalah harus ada batasannya agar penjelasan yang akan disampaikan menjadi lebih efektif. Disamping itu, pembatasan masalah perlu dilakukan dengan maksud untuk memfokuskan pembahasan sehingga permasalahan yang diangkat dapat diulas lebih terperinci dan terhindar dari penguraian panjang yang tidak terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi aspek ekstrinsik, yaitu meliputi teori-teori yang berhubungan dengan OCD (obsessive-compulsive disorder).

C.      Tujuan
1.    Untuk menganalisis gejala OCD yang terjadi pada tokoh Howard Hughes.
2.    Untuk menganalisis penyebab OCD yang terjadi pada tokoh tersebut.
3.    Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Mental.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Judul Film
Ø  Judul film               : The Aviator
Ø  Sutradara                : Martin Scorsese
Ø  Produser                 : Michael Mann, Sandy Climan, Graham King, Charles Evans, Jr.
Ø  Tahun rilis              : 2004
Ø  Genre                      : Drama/ Biografi

B.       Deskripsi Tokoh dalam Film
       1. Howard Hughes
Tokoh utama pria yang berprofesi sebagai sutradara yang terobsesi dengan segala hal yang berhubungan dengan penerbangan. Ia pun mahir mengendarai pesawat terbang. Film yang disutradarai berhasil membawanya menjadi pria Amerika yang sukses hingga akhirnya ia mengalami gangguan jiwa.
2. Katherine Hepburn
Seorang aktris cantik yang sukses dan dicintai Hughes. Mereka berdua hidup bersama di sebuah rumah hingga akhirnya Hepburn dapat mengetahui bahwa Hughes memiliki beberapa penyimpangan kejiwaan. Meskipun begitu, ia tetap menyayangi Hughes.
 3. Noah Dietrich
Menjadi kaki tangan Hughes disegala hal, terutama mengenai keuangan. Meskipun demikian, seringkali Noah kebingungan saat Hughes mengeluhkan hal-hal kecil sebagai gejala gangguan kejiwaannya juga saat pendapat-pendapatnya tidak diterima disaat keuangan Hughes dalam ancaman.
4. Juan Trippe
Direktur dari penerbangan Pan Am yang berkeinginan untuk menguasai seluruh penerbangan di Amerika. Demi terwujudnya seluruh keinginan, ia mampu bertindak kotor dengan cara menjatuhkan Hughes dengan segala cara yaitu bekerja sama dengan seorang senator Brewster. Ia pun giat untuk menarik simpati dari wanita yang Hughes cintai, Hepburn untuk menghancurkan hati Hughes.
5. Owen Brewster
Senator yang bekerja sama dengan Juan Trippe dalam membuat persekongkolan untuk menjatuhkan Hughes sehingga penerbangan Pan Am dapat berjaya tunggal di Amerika. Kemenangannya sebagai senator pun terjadi akibat pemilu kotor yang dirancang oleh Juan.

C.      Sinopsis dan Penokohan dalam Film “The Aviator”
           Howard Hughes (Leonardo DiCaprio) adalah seorang pengusaha sukses asal Texas. Dia adalah sutradara film-film epik besar pertama sejak jaman film bersuara, Hell’s Angels yang sempat mencetak film termahal dunia dan film western pamer payudara, The Outlaw. Dia juga merupakan produser film yang paling terkenal adalah Scarface versi asli tahun 1932 dengan sutradara Howard Hawks. Kecintaannya terhadap penerbangan membuatnya dirinya bangga dijuluki Sang Penerbang. Film ini menceritakan karir Howard yang penuh pertaruhan besar dalam perfilman maupun industri pesawat, kisah cintanya yang penuh petualangan, dan penyakit yang dideritanya.
        The Aviator lebih bercerita tentang siapa itu Howard Hughes, bukan bagaimana pengaruh Howard Hughes. Satu bagian mengerikan ketika penyakit Hughes mulai kumat. Dia menyendiri dalam kamar yang ditempati dan mulai mengkhayal satu monolog tentang susu yang terletak di kamarnya. Howard terlalu khawatir dengan kebersihan walaupun dirinya sendiri tidak 100% higienis. Betapa tertekannya Tuan Hughes, ia memiliki uang milyaran dollar tetapi tidak berani menyentuh gagang pintu.
            The Aviator menceritakan tentang karir Hughes sebagai seorang sutradara. Dia membuat film pesawat perang dunia pertama Hell’s Angels selama dua tahun. Pesawat-pesawatnya sangat mahal dan yang memancing kontroversi bagi petinggi-petinggi studio, dia sudah memakai 24 kamera untuk adegan klimaksnya, dan masih perlu dua lagi! Untungnya film yang disutradari Howard terbilang sukses. Selanjutnya, The Aviator mulai memasuki konflik utama filmnya yaitu dalam penerbangan.
              Hughes digambarkan sebagai pria ambisius dan penuh semangat ketika Hughes remaja. Jiwa berpetualangnya itu memikat hati Katharine Hepburn. Diakui oleh mereka, jiwa seorang Hughes berbeda dengan Hepburn yang “hanya” seorang bintang film. Hubungan mereka tidak bisa berlangsung lama. Sampai Hepburn berpasangan dengan Spencer Tracy seperti yang kita ketahui bersama. Tidak semua orang juga suka sifat Hughes yang eksentrik dan playboy itu.
        Sesuai judulnya, masalah terbesarnya datang dengan pertaruhan terhadap proyek besar-besarannya tentang model pesawat-pesawat penemuannya. Noah Dietrich (John C. Reilly) adalah banker Hughes. Hughes membayarnya lebih banyak agar Dietrich bekerja lebih keras. Sebenarnya Dietrich justru dipakai sebagai mesin penjawab dan kalkulator saja. Begitu juga dengan professor (Ian Holm), seseorang yang bertugas mencarikan awan untuk Hell’s Angels dan ikut memperjuangkan The Outlaw itu. Sebagai tokoh “antagonis” Senator Owen Brewster (Alan Alda) dan ketua An Am, Juan Trippe (Alec Baldwin), mereka berdua juga tampil bersinar. Merancang hotel terbang seperti Hercules itu membutuhkan perjuangan. Hughes sempat dituduh mengambil keuntungan dari perang.
                Satu hal yang sedikit mengganjal adalah endingnya. Hughes adalah tipikal orang kaya yang bukan orang kaya. Dia kerap mengulang-ulang omongannya dan akan sangat memalukan jika orang melihatnya seperti itu. Ini adalah film tentang siapa itu Howard Hughes bukan apa yang dilakukan Howard Hughes.

D.      Analisis Kasus
              Disini, Howard tidak terlalu diceritakan masa lalunya, hanya di awal-awal film diperlihatkan seorang Howard kecil yang sedang dimandikan oleh ibunya, padahal anak tersebut bukan lagi anak kecil yang masih harus dimandikan oleh ibunya (late childhood). Saat menyabuni Howard kecil, Ibunya memberi sugesti kepadanya bahwa dunia luar itu jahat, dia tidak aman berada disana, dan ibunya selalu mengajari Howard mengeja kata “QUARANTINE (kamu tidak aman)”, pada saat membersihkan dirinya. Howard dibesarkan dari keluarga yang terlalu mementingkan kebersihan, Howard tumbuh menjadi orang yang sangat higienis dan cemas apabila dirinya terkena kotoran.
           Sekarang Howard adalah seorang produser sekaligus sutradara film sekaligus pembuat pesawat terbang. Dimana segala yang ia mau harus didapat dan apa yang ia kerjakan hasilnya harus sempurna. Semua karyawan Howard haruslah bersih, seperti memakai sarung tangan apabila sedang bekerja, dan apabila ada karyawannya yang terlihat tidak bersih, seperti seorang kakek yang ada dibagian kebersihan yang mempunyai kuku yang kotor, Howard tidak segan-segan untuk memecatnya. Howard sangat tidak suka dan jijik apabila melihat orang lain yang tidak memperhatikan kebersihan atau badannya kotor. Howard juga merasa sangat tidak nyaman jika harus bersentuhan dengan orang yang tidak ia sukai (musuh), apabila bersentuhan ia akan segera mencuci tangannya berulang-ulang kali dengan menggunakan sabun yang sama dengan sabun yang biasa ibunya pakai untuk membersihkan tubuhnya dan sampai-sampai tangannya pun terluka karena Howard terlalu keras mencuci tangannya.
            Bahkan apabila ia membenci sesorang (putus dari kekasihnya), ia tidak segan-segan untuk membakar semua bajunya yang pernah disentuh oleh orang tersebut. Ia melakukan itu karena menganggap semua itu kotor dan ia harus bersih dari kotoran-kotoran tersebut. Semakin ia merasa cemas atau merasa tertekan atas ketidak bersihan lingkungan disekitarnya, tingkah laku tersebut semakin menjadi yaitu terus mencuci tangan atau mengelap tangannya secara berulang-ulang, mengucapkan sesuatu secara berulang-ulang, atau pun mengeja kata “QUARANTINE” secara berulang-ulang, sampai-sampai ia harus menutup mulutnya sendiri.

a)        Howard mempunyai gangguan OCD yang neurosis karena :
1.    Ada kecemasan
Howard merasa cemas karena sejak kecil Howard selalu di ajarkan oleh Ibunya bahw dunia ini tidak aman baginya, oleh karena itu Howard selalu menanamkan kata yang   diucapkan oleh Ibunya sehingga Howard tumbuh menjadi anak yang penuh dengan kecemasan.
2.    Dia sadar tingkah lakunya itu konyol tapi tetap tidak bisa berhenti.
Ketika penyakit yang dia idap kambuh, dia tidak dapat mengontrol kata-kata dan tingkah lakunya tetapi ia menyadari bahwa apa yang dia lakukan itu konyol, terlihat ketika Howard di perhatikan oleh tiga orang yang tidak ia kenal seketika Howard melakukan tingkah laku yang tidak wajar.
3.    Terobsesi dengan keadaan yang serba higienis.
Terlihat ketika Howard menegur bawahannya karena ruang teater miliknya dipenuhi oleh debu. Dia juga tidak segan-segan untuk memecat bawahannya karena dia menginginkan ruangan yang serba higienis, selain itu Howard kadang kala membuka gagang pintu dengan kain atau benda lainnya.
4.    Mengucapkan sesuatu secara berulang.
Ketika gangguan kepribadiannya muncul Howard akan mengucapkan sesuatu secaraberulang, misalnya saja mengucapkan kata “It’s my future” sampai-sampai ia tidak bisa mengontrol kata-kata yang dia keluarkan.
5.    Membersihkan badannya & mencuci tangannya secara berulang
Terlihat pada saat Howard mencuci tangannya secara berulang karena dia merasa dirinya tidak higienis sampai-sampai tangannya berdarah.
6.    Mengeja kata “QUARANTINE”
Terlihat pada saat Howard tidak dapat mengontrol dirinya dan selalu mengigat dan           mengeja kata tersebut dan tidak dapat berhenti.

b)       Simtom-Simtom Yang Muncul :
· Cenderung Perfeksionis : Segala sesuatu yang diinginkan Howard haruslah detail, seperti halnya ketika Howard mensutradari film, Howard menginginkan awan, maka dari itu Howard meminta   untuk dicarikan awan dan bagaimana pun caranya awan itu harus ada. Selain itu Howard sangat memperhitungkan paku-paku dalam pesawat yang ia buat.
·   Terobsesi Pada Kebersihan :  Terlihat saat Howard Hughes berulang kali mencuci tangannya, bahkan pada suatu adegan ia mencuci tanganya sampai berdarah.
· Sangat memperhatikan detail kecil, bahkan kadang-kadang yang tidak penting sekalipun. Terlihat ketika mengecek bagian pesawat yang dianggap ada sesuatu yang masih kurang dan terus memberi instruksi kepada bawahannya agar terus memperbaiki sesuai dengan keinginannya.
·   Mengalami kompulsi yakni ketika Howard mengucapkan “show me all blue print” ia tidak dapat mengontrolnya dan terlihat sangat menyiksa dirinya. Adegan ini dapat dilihat ketika penyakit Howard kambuh dan ia akan berulang-ulang kali mengucapkan dan dirinya tidak dapat mengontrol ejaan yang keluar dari mulutnya.

c)        Simtom-Simtom Tersebut Muncul Karena :
·      Menginginkan sesuatu yang sempurna tanpa cela sedikitpun.
Apa pun yang Howard inginkan haruslah tercapai bagaimanapun caranya, apabila yang ia inginkan tercapai Howard akan membayar mahal orang tersebut.
·  Hasil learning semasa kecil yang terus menerus dipelajari dan diyakini sebagai suatu kebenaran. Semasa Howard kecil ia selalu di ajarkan mengeja kata “QUARANTINE” dan selalu menanamkan di dalam dirinya kalau di dunia ini tidak aman.
·      Kekakuan berpikir, kurangnya konformitas.
Howard merupakan pria yang berbeda daripada pria kebanyakan, hal ini disampaikan oleh Kate yang merupakan kekasih Howard. Kate sangat benci ketika Howard berperilaku aneh dan tidak wajar.
·      Ekspresi emosi yang tertahan, fiksasi atau agresi pada fase oral.

d)       Tipe Penyakit OCD yang di Alami Howard
Washers & Cleaners adalah orang-orang yang takut akan terkontaminasi sesuatu seperti kuman, kotoran, ataupun penyakit. Untuk membuat mereka yakin tidak terkontaminasi, mereka akan melakukan hal-hal selama mungkin setelah bersentuhan dengan sesuatu. Contohnya dengan mandi dengan waktu yang lama, mencuci tangannya beruang-ulang, atau membersihkan rumah selama berjam-jam. Itu mereka lakukan sampai mereka yakin bahwa mereka telah aman dari kuman, kotoran, ataupun penyakit.

E.       Teori tentang OCD (Obsesif Complusif Disorder)
a.        Pengertian
            Obsesive Compulsive Disorder (OCD), merupakan sejenis gangguan kecemasan, yaitu penyakit yang berpotensi mengganggu serta memerangkap orang dalam siklus pikiran dan perilaku yang berulang. Orang dengan OCD ini terganggu oleh stres, ketakutan atau bayangan yang berulang (obsesi) yang tidak dapat mereka kendalikan. Kecemasan/kegelisahan yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran tersebut mengarahkan mereka pada kebutuhan mendesak untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu (compulsion). Ritual kompulsif ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah pikiran obsesif atau membuat pikiran tersebut hilang.
            Meskipun ritual ini dapat mengurangi kecemasan untuk sementara, namun orang tersebut harus melakukan ritualnya lagi ketika pikiran obsesif datang kembali. Siklus OCD dapat menyita waktu yang sangat banyak dan secara signifikan mengganggu aktivitas normal. Penderita OCD mungkin menyadari bahwa pikiran tersebut adalah obsesi dan dorongan yang tidak masuk akal atau tidak realistis, tetapi mereka tidak mampu menghentikannya.      
     .
Ø  Obsesi adalah pikiran, impuls,dan citra yang mengganggu dan berulang yang muncul dengan sendirinya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak selalu tampak irasional bagi individu yang mengalaminya. Secara klinis, obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan akan kontaminasi , ketakutan mengekspresikan impuls seksual atau agresif, dan ketakutan hipokondrial akan disfungsi tubuh (Jenike, Baer & Minichiello,1986). Obsesi juga dapat berupa keragu-raguan ekstrem, prokrastinasi, dan ketidaktegasan.
Ø  Kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental repetitif yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu bencana. Aktivitas tersebut tidak berhubungan secara realistis dengan tujuan yang ada atau jelas berlebihan. Frekuensi pengulangan suatu tindakan, fisik atau mental, dapat luar biasa tinggi. Kompulsi sering dianggap oleh pelaku sebagai sesuatu yang tidak berasal dari dirinya (ego distonik). Stern dan Cobb (1978) menemukan bahwa 78% dari sampel individu kompulsif memandang ritual mereka sebagai “cukup bodoh atau aneh” walaupun mereka tidak mampu menghentikannya.
Ø  Obsesif Kompulsi merupakan suatu gangguan anxietas di mana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus-menerus mengulang tindakan tertentu, menyebabkan distress yang signifikan dan mengganggu keberfungsian sehari-hari.

b.        Landasan Teori
Ø  Teori Psikoanalisis
            Dalam teori psikoanalisis, obsesi dan kompulsi dipandang sebagai hal yang sama, yang disebabkan oleh dorongan instingtual, seksual, atau agresif yang tidak dapat dikendalikan karena toilet training yang terlalu keras. Yang bersangkutan kemudian terfiksasi pada tahap anal. Simtom-simtom yang muncul dianggap mencerminkan hasil perjuangan antara id dan mekanisme pertahanan; kadangkala insting agrasif id mendominasi, kadangkala mekanisme pertananan yang mendominasi. Namun demikian, lebih sering simtom-simtom yang muncul mencerminkan bekerjanya salah satu mekanisme pertahanan yang hanya separuh berhasil. Sebagai contoh, seseorang  yang terfiksasi pada tahap anal dapat melalui formasi reaksi menahan dorongan untuk berkotor-kotor dan secara kompulsig menjadi rapi, bersih, dan teratur. Alfred Adler (1931) memandang gangguan obsesif kompulsif sebagai akibat dari rasa tidak kompeten.
            Dia percaya bahwa ketika anak-anak tidak terdorong untuk mengembangkan suatu perasaan kompeten oleh orang tua yang terlalu memanjakan atau sangat dominan. Mereka mengalami kompleks inferioritas dan secara tidak sadar dapat melakukan ritual kompulsif untuk menciptakan suatu wilayah dimana mereka dapat menggunakan kendali dan merasa trampil. Adler berpendapat bahwa tindakan kompulsif memungkinkan seseorang sangat terapil dalam suatu hal, bahkan jika suatu hal itu hanya berupa posisi menulis di meja.

Ø  Teori Behavior dan Kognitif.
            Teori behavior menganggap kompulsi sebagai sesuatu yang dipelajari yang dikuatkan oleh reduksi rasa takut (meyer &chesser, 1970). Mencuci tangan secara kompulsi dipandang sebagai respon pelarian operant yang mengurangi kekhawatiran obsesional dan ketakutan terhadap kontaminasi oleh kotoran dan kuman. Sejalan dengan itu, pengecekan secara kompulsif dapat mengurangi kecemasan terhadap apapun bencana yang diantisipasi pasien jika ritual pengecekan tersebut tidak dilakukan.
            Kecemasan sebagaimana diukur melalui self report (Hudgson & Rachman, 1972) dan respon-respon psikofisiologis (Carr, 1971) memang dapat dikurangi dengan perilaku kompulsif semacam itu. Dalam kerangka kerja ini, tindakan kompulsi sangat sering muncul karena stimuli yang menimbulkan kecemasan sulit disadari. Sebagai contoh, sulit untuk mengetahui kapan kuman muncul dan kapan kuman tersebut telah dihilangkan oleh ritual pembersihan (mineka & Zimbarg, 1996).
            Pemikiran lain mengenai pengecekan secara kompulsif adalah bahwa hal itu disebabkan oleh defisit memori. Ketidakmampuan untuk mengingat suatu tindakan secara akurat (seperti mematikan kompor) atau membedakan antara perilaku aktual dan perilaku yang dibayangkan (“mungkin saya hanya berfikir telah mematikan kompor”) dapat membuat seseorang berulang kali melakukan pengecekan. Namum demikian, sebagian besar studi menemukan bahwa penderita OCD, gangguan panik, dan orang-orang normal pada tes mengenai informasi umum. Tidak ada perbedaan diantara ketiga kelompok dalam jumlah jawaban benar. Namun demikian, para pasien penderita OCD kurang yakin dengan jawaban mereka dibanding kelompok normal (Dar dkk., 2000).
            Dengan demikian bila memori relevan dengan OCD, tampaknya hanya merupakan masalah keyakinan terhadap memori seseorang dan bukan memori itu sendiri.

Ø  Faktor Biologis. 
            Encefalitis, cedera kepala, dan tumor otak diasosiasikan dengan terjadinya gangguan obsesif-kompulsif (Jenike, 1986). Ketertarikan difokuskan pada dua area otak yang dapat terpengaruh oleh trauma semacam itu, yaitu lobus frontal dan ganglia basalis, serangkaian nukleisub-kortikal termasuk caudate, putamen, globus pallidus, dan amygdala. Studi pemindaian dengan PET menunjukkan peningkatan aktivasi pada lobus frontalis pasien OCD, mungkin mencerminkan kekhawatiran mereka yang terlebih terhadap pikiran mereka sendiri. Fokus pada ganglia basalis, suatu sistem yang berhubungan dengan pengendalian perilaku motorik, disebabkan oleh relevansinya dengan kompulsi dan juga dengan hubungan antara OCD dan sindrome tourrete.
            Sindrom Tourette ditandai oleh tics motorik dan vokal dan dikaitkan dengan disfungsi ganglia basalis. Pasien yang menderita Tourette sering kali juga menderita OCP (Sheppard dkk., 1999). Gangguan obsesif kompulsif sering kali dipahami sebagai gangguan genetik (Jonnal, Gardner, Prescott, & Kendler, 2000; Pato, Schindler, & Pato, 2001) yang merefleksikan abnormalitas dalam basal ganglia, area subkortikal pada otak yang melibatkan pengendalian general motorik. Secara spesifik, sistem yang melibatkan glutamat, dopamin, serotonin, dan asetikolin dapat terlibat, mempengaruhi fungsi dari korteks prafrontal (Carlsson, 2001). Oleh karena itu, sirkuit pada otak yang menghubungkan daerah subkortikal dan kortikal yang berfungsi untuk menghambat prilaku tampaknya bekerja secara abnormal pada gangguan ini (Saxena & Rauch, 2000).         Salah satu penjelasan yang mungkin adalah OCD disebabkan oleh suatu sistem neurotransmiter yang berpasangan sengan serotonin; bila dipengaruhi antidepresian, sistem serotonin menyebabkan perubahan pada sistem lain tersebut, yang merupakan lokasi sebenarnya dari efek terapeutik (Barr dkk., 1994).  Dopamin dan setikolin diperkirakan merupakan transmiter yang berpasangan dengan serotonin dan memiliki peran yang lebih penting dalam GOK (Rauch & Jenike, 1993). Terdapat beberapa bukti atas kontribusi genetik pada OCD. Tingkat kejadian gangguan anxietas yang tinggi muncul pada kerabat tingkat pertama pasien penderita OCD (McKeon & Murray, 1987). Prevalensi OCD juga lebih tinggi pasa kerabat tibgkat pertama kasus-kasus OCD dibanding pada kerabat kelompok kontrol (Nestadt dkk., 2000). Dengan demikian, merupakan suatu kemungkinan bahwa faktor-faktor biologis memicu terjadinya gangguan ini pada sementara orang.

Ø  Mowre’s Two Stage Theory
     Mowrer mengajukan teori ini di tahun 1939 dan dikembangkan oleh Dollard dan Miller di tahun 1950. Gangguan obsesi kompulsi ini didapat secara dua tahap. Tahap pertama adalah adanya rangsangan yang menimbulkan kecemasan. Reaksi yang timbul adalah menghindari (escape) atau menolak (avoidance). Respon-respon ini menimbulkan negative reinforcement akibat berkurangnya rasa cemas.
     Tahap berikutnya adalah upaya menetralisasi kecemasan yang masih ada dengan rangkaian kata-kata, gagasan-gagasan atau bayangan-bayangan bahkan objek-objek lain. Penyebarluasan ini mengaburkan asal-usul rangsangan tadi. Kecemasan terhadap suatu objek tadi sudah meluas menjadi perasaan tidak enak atau tidak menentu. Sebagai kompensasinya penderita menentukan strategi perilaku yang enak baginya dan perilaku ini menetap menjadi kompulsif akibat negative reinforcement.
     Tahap kedua, banyak berkurangnya tetapi sedikitnya dapat menerangkan kenapa kompulsi bertahan sebagai alat mengurangi rasa cemas.

Ø  Cognitive Behaviour Therapy
     Oleh Carr tahun 1971 dan dikembangkan oleh McFall dan Wollensheim tahun 1979. Teori ini mengatakan bahwa gangguan obsesi kompulsif pada oran-orang tertentu di “kreasi” oleh dirinya sendiri. Prinsip yang salah, menimbulkan persepsi yang keliru dan menakutkan, akhirnya menambahkan kecemasan. Pencetusnya bisa disebabkan oleh kejadaian sehari-hari.

F.       Gejala OCD (Obsesif Complusif Disorder)
    Gejala-gejala Obsessive Compulsive Disorder dapat bervariasi. Gejala obsesi yang umumnya ditemukan adalah:
-Takut kotor atau terkontaminasi oleh kuman. 
-Takut mencelakai orang lain. 
-Takut membuat kesalahan. 
-Takut malu atau berperilaku sosial yang tidak dapat diterima masyarakat. 
-Takut berpikir jahat atau berdosa. 
-Perlu kerapian, seimbang atau ketepatan. 
-Keraguan yang berlebihan dan kebutuhan untuk selalu dipercayai.

 Sedangkan gejala kompulsi meliputi: 
-Berulang kali mandi, siram atau mencuci tangan.
-Menolak untuk berjabat tangan atau menyentuh pegangan pintu. 
-Berulang kali memeriksa hal-hal yang sama, seperti kunci atau kompor. 
-Terus berhitung, baik di dalam pikiran atau diucapkan dengan keras sambil melakukan tugas-tugas rutin. 
-Mengatur barang-barang dengan cara tertentu secara terus-menerus. 
-Mengkonsumsi makanan dalam urutan tertentu. 
-Terjebak pada kata-kata, gambar atau pikiran, yang biasanya mengganggu, sehingga dapat mengganggu waktu tidur. 
-Mengulangi kata-kata, kalimat atau doa tertentu. 
-Melakukan tugas yang sama berkali – kali. 
-Mengumpulkan atau menimbun barang tanpa nilai yang jelas/berarti.

G.      Tipe-Tipe Penyakit OCD (Obsesif Complusif Disorder)
            1. Checkers
Seseorang yang menderita jenis ini adalah seseorang yang selalu mengecek apapun secara berulang-ulang hingga dia merasa keadaan telah aman. Orang tersebut melakukan semua itu dengan tujuan untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak baik. Beberapa kebiasan checkers adalah memastikan apakah kompor sudah mati atau apakah pintu sudah dikunci atau hal-hal lain yang sekiranya akan membahayakan.
2. Washers & Cleaners
Mereka adalah orang-orang yang takut akan terkontaminasi sesuatu seperti kuman, kotoran, ataupun penyakit. Untuk membuat mereka yakin tidak terkontaminasi, mereka akan melakukan hal-hal selama mungkin setelah bersentuhan dengan sesuatu. Contohnya dengan mandi dengan waktu yang lama, mencuci tangannya beruang-ulang, atau membersihkan rumah selama berjam-jam. Itu mereka lakukan sampai mereka yakin bahwa mereka telah aman dari kuman, kotoran, ataupun penyakit.
3. Repeaters
Mereka adalah orang-orang yang selalu mengulang perbuatan. Ketika ketakutan datang ke dalam pikiran mereka, mereka merasa suatu kebutuhan untuk mengulang sesuatu agar pikiran itu tidak datang. Misalnya menghindarkan pasangan dari kejelekan dengan cara memakaikan baju kemudian melepaskannya. Semua itu dilakukan berulangulang hingga pikiran tentang kematian itu hilang.
4. Orders
Order adalah orang-orang yang ingin benda-benda disekitarnya tersusun dalam bentuk yang simetris. Mereka menghabiskan banyak waktu hanya untuk menyakinkan bahwa benda-benda tersebut tersusun dengan benar. Biasanya mereka akan cemas dan kecewa jika benda milik mereka tidak tersusun dengan benar.
5. Hoarders
Hoarder adalah mereka yang mengumpulkan benda-benda yang mereka pikir akan sangat tidak mungkin untuk dibuang. Misalnya adalah ketika seseorang mengumpulkan begitu banyak koran untuk waktu yang lama karena mereka pikir suatu saat mereka akan membutuhkan artikelnya.
6. Thinking Ritualizes
Thinker ritualizes bentuknya hampir sama dengan repeaters. Tetapi thinker ritualizes adalah mereka yang pikirannya itu muncul akibat dari kebiasaan. Berdoa dengan suara yang pelan dan berulang-ulang serta mengucapkan kata, atau kalimat secara berulang-ulang pula merupakan beberapa contoh pemikir yang umum.

H.      Penyebab OCD (Obsesif Complusif Disorder)
1.        Aspek Biologis
Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007) menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini.
Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi (Pinzon, 2006). Otak adalah struktur yang sangat kompleks. Otak berisi miliaran sel saraf yang disebut neuron dan harus berkomunikasi serta bekerja sama agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Neuron berkomunikasi melalui sinyal listrik. Mediator khusus, yang disebut dengan neurotransmiter, membantu memindahkan pesan-pesan listrik dari neuron ke neuron. Penelitian telah menemukan hubungan antara rendahnya kadar neurotransmitter , yang disebut serotonin, dengan terjadinya OCD. Selain itu, ada bukti bahwa ketidakseimbangan serotonin dapat diturunkan dari orang tua kepada anak-anak. Hal ini berarti OCD dapat diwariskan.
Daerah-daerah tertentu di otak dapat juga terpengaruh oleh ketidakseimbangan serotonin, yang memicu timbulnya OCD. Masalah ini tampaknya melibatkan jalur otak yang menghubungkan daerah otak yang berfungsi sebagai penilaian dan perencanaan, dengan daerah otak yang menerima pesan untuk gerakan tubuh.
Studi juga telah menemukan hubungan antara infeksi oleh bakteri Streptococcus dengan OCD. Infeksi ini, jika berulang dan tidak diobati, dapat menyebabkan timbulnya OCD dan gangguan lainnya pada anak-anak
2.        Psikologis
Menurut Salkovskis, dkk; Steketee dan Barlow, klien-klien OCD menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut “thought-action fusion” (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat (Durand & Barlow, 2006).
3.        Faktor Psikososial
Menurut Sigmund Freud, gangguan obsesif-kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.

I.         Terapi OCD (Obsesif Complusif Disorder)
a)        Pendekatan Psikoanalisa
Terapi yang dilakukan adalah mengurangi represi dan memungkinkan pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutinya. Namun karena pikiran-pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat melindungi ego dari konflik yang direpres, maka hal ini menjadi sulit untuk dijadikan target terapi, dan terapi psikoanalisa tidak terlalu efektif untuk menangani gangguan obsesif-kompulsif (Fausiah & Widury, 2007).
b)       Exposure and Response Prevention
Terapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding) diciptakan oleh Victor Meyer (1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif atau (seperti memegang sepatu yang kotor) dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga memungkinkan kecemasan menjadi hilang. (Fausiah & Widury, 2007)
c)        Rational-Emotive Behavior Therapy
Menurut Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007) terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasien gangguan obsesif kompulsif. Pada pendekatan ini pasien diuji untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka tidak menampilkan perilaku kompulsi.
d)       Farmakoterapi
Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin. Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya: fluoxetine) pada transporter ambilan kembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akan menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alas an utama pemilihan obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi.
Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfunfsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas (Pinzon dkk.,2006).
e)        Terapi Keluarga (Family herapy)
Terapi keluarga (Majahudin, 1995), merupakan teknik pengobatan yang sangat penting bila pada keluarga pasien OCD ini didapatkan kekacauan hubungan dalam keluarga, kesukaran dalam perkawinan, masalah spesifikasi dalam anggota keluarga atau peran anggota keluarga yang kurang sesuai  yang akan mengganggu keberhasilan fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam waktu jangka panjang akan berakibat buruk pada anak OCD.
Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi, menggunakan semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individu dalam keluarga. Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yang mempengaruhi tingkah laku yang baik dan membina pengaruh tingkah laku yang positif dari setiap individu.
f)         Terapi Perilaku (Behaviour Therapy)
Leonardo mengatakan (Majahudin, 1995) bahwa teknik terapi perilaku yang khusus digunakan untuk pasien anak usia lebih tua dan remaja dengan gangguan OCD adalah latihan relaksasi dan response prevention technique. Terapi perilaku pada penderita OCD, awalnya mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai riwayat timbulnya gejala OCD, isyarat faktor internal dan fakto eksternal, serta faktor pencetus akan timbulnya gejala OCD. Kemudian mengawasi tingkah laku pasien dala menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan, menghindari timbulnya gejala kompulsif dan tingkat kecemasan pasien saat timbul gejala OCD harus diperiksa secara teliti.

J.        Terapi untuk Anak dan Remaja
Menurut Majahudin, 1995 terapi untuk anak dan remaja yang mengalami gangguan OCD adalah :
Ø  Latihan Relaksasi
Pasien diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta untuk memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika pikiran obsesi muncul, maka terapi akan meminta pasien untuk menghentikan pemikiran itu, misalnya dengan cara memukul maja, atau menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan. Hal ini dilakukan di rumah atau di mana saja.
Ø  Response Prevention Technique
Mula-mula didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika rangsangan kompulsif muncul maka pasien secara aktif diberanikan untuk melawan tingkah laku kompulsif, sering dengan mengalihkan perhatian pasien sehingga tindakan kompulsif tidak mungkin dilakukan misalnya dengan memukul meja.
Ø  Penurunan Kecemasan
Tujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala obsesif dan kompulsif. Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya pisau, hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan samapai ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis (hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan). The Aviator  merupakan salah satu film yang membahas seorang pria bernama Howard yang memiliki sifat ambisius dan mengidap penyakit gangguan kepribadian OCD. Howard mempunyai gangguan OCD yang neurosis karena ada kecemasan dan dia menyadari tingkah lakunya itu konyol tapi tetap tidak bisa berhenti. Selain itu dari segi kognitif adalah terobsesi dengan keadaan yang serba higienis dan mengucapkan sesuatu secara berulang. Dari segi motorik Howard selalu membersihkan badannya & mencuci tangannya secara berulang serta juga selalu mengeja kata “QUARANTINE”. Simtom-simtom yang muncul pada diri Howard yaitu cenderung perfeksionis, ingin serba higienis, mengamati hal detail yang tidak terlalu penting. Hal ini kadang menyiksanya. Selain itu ada banyak tipe-tipe gangguan OCD ini salah satunya tipe Washer or Cleaner, tipe ini merupakan tipe gangguan OCD yang di idap oleh Howard. Penyebab gangguan kepribadian OCD antara lain dari segi aspek biologis dan aspek lingkungan yang sangat berpengaruh. Selain itu, dalam film The Aviator tidak dijelaskan bagaimana cara menangani gangguan OCD, hanya saja di bagian akhir ketika penyakitnya kambuh Howard dipanggilkan dokter dan tidak secara rinci dijelaskan. Tetapi, sebenarnya gangguan OCD ini dapat ditangani dengan cara terapi salah satunya terapi keluarga dan terapi kognitif.



DAFTAR PUSTAKA